Pages

Tuesday, December 20, 2011

Tiket Surga Dari Tuhan

Berikut ini adalah sebuah kisah nyata yang dialami oleh teman saya NE, dimana ia adalah seorang akhwat yang sangat sabar dan tabah dalam menghadapi segala cobaan hidupnya, salah satunya adalah kisah yang berikut ini yang ditulis langsung oleh beliau. Semoga dengan dimasukkannya kisah ini dalam blog saya, pembaca bisa lebih memaknai hidup ini. Selamat Membaca!

Dalam kisah ini terukir ksedihan, pengorbanan, dan cinta. Ini bukan kisah biasa. Walaupun setiap manusia bisa menuangkannya dalam secarik kertas, namun sedikit dari mereka yang benar-benar paham akan arti yang tergerai didalamnya. Cerita dalam kisah ini bukan bicara tentang skenario kehidupan, lambaian peristiwa kemenangan, ataupun kata-kata pujaan. Akan tetapi, disinilah sebuah realitas dalam iringan nada kehidupan tercipta secara nyata. Awal mula kisah ini adalah ketika Ia berkeluarga, menjadi seorang istri bagi suami, dan ibu bagi anak-anaknya. Beliau yang muda belajar mengatur rumah tangga, menata kembali kebahagiaan yang nyaris sempurna.

Beliau berdua begitu menyayangi saya dan adik saya. Masa kecil kami penuh dengan tawa dan cinta. Beliau berdua senantiasa meluangkan waktunya untuk membacakan dongeng sebelum tidur kepada kami, memaksa kami menghafal Juz`Amma setiap selesai shalat jama`ah, membuatkan jus jeruk setiap sore, membuatkan rak boneka dikamar kami, dan yang paling penting bagi mereka adalah selalu mendoakan kesuksesan untuk kami berdua.



Ternyata dibalik kebahagiaan kami sekeluarga, Tuhan memilih rencana lain. Senyuman keluarga kecil kami terhenti di bulan Maret tahun 2002. Saat itu saya berusia 5 tahun, sedang berada di TK Angkasa, Madiun (sekolah saya).Tiba-tiba dentuman dahsyat diiringi kobaran asap hitam terlihat tepat di sebrang tembok dekat TK Angkasa. Entah sesuatu apa yang menggerakkan batin saya hingga membuat saya menangis histeris. Alangkah naas nya pagi itu, ternyata benar bahwa ayah saya telah tiada karena jatuh dari pesawat Hawk MK-53. Sedikit cerita, ayah saya adalah seorang pilot pesawat tempur di Lanud Iswahjudi, Madiun. Ketika peristiwa itu terjadi, ayah saya sedang latihan Aerobatic oleh tim “Jupiter ”.



Sejenak, rentetan kepiluan merangkak di benak saya. Betapa mudahnya Tuhan merenggut kebahagiaan kami, betapa perihnya kehidupan kami selanjutnya.



Dari sinilah Tuhan mengajarkan kekuatan pada ibu saya. Memang benar, baru sekitar tujuh tahun setelah tahun 2002 ibu saya benar-benar ikhlas. Gejolak batin yang dialami ibu saya sempat membawa keriuhan dan masalah dalam kehidupan saya dan adik saya. Semenjak kejadian itu, kami bertiga pindah ke Yogyakarta dan tinggal bersama nenek dan kakek.

Ibu tidak tahu kalau kejadian sepahit ini memberikan anugerah terindah dan bukti cinta Tuhan kepada ibu..

Ibu luar biasa hebatnya. Mencarikan saya Sekolah Dasar terbaik sambil mengurus adik saya yang baru berusia 2 tahun. Ibu pontang-panting menjawab pertanyaan teman-teman barunya mengenai alasan kepindahannya ke Jogja,ibu mencari pekerjaan, ibu bekerja mencari uang untuk kami, ibu berusaha membahagiakan nenek dan kakek sebagai balas jasa karena kami boleh tinggal dirumah mereka. Banyak hal yang ibu harus lakukan saat itu-sendirian. Ibu sering menangis tiap malam, bersimpuh dan mengadu pada Tuhan. Saya sering melihat matanya sembap dipagi hari. Emosi ibu tidak stabil. Ibu jadi mudah marah, mudah melamun, kondisi ibu benar-benar membuat saya tidak suka dengan Tuhan.

Dan argumen saya mengenai kebencian Tuhan kepada kami bertiga karena telah mengoyak kehidupan kami, itu adalah kesalahan terbesar saya. Tuhan tidak pernah jahat ternyata. Saya percaya itu karena keluarga saya tidak ada yang menelantarkan kami bertiga. Justru dari situlah rezeki datang dan mengundang simpati dari keluarga besar saya. Mereka semakin cinta dengan kami bertiga.



Semakin hari, ibu semakin menyenangkan. Ibu bisa tersenyum! Dan itu membuat hati saya benar-benar bahagia.

Menjalani hari dan mewujudkan mimpi-mimpi baru tidaklah mudah bagi kami bertiga. Disela-sela kebahagiaan dari keluarga besar tercinta tidaklah mudah kami terima, sebab terkadang sosok ayah masih bersemayam dalam hati kami. Setiap lebaran Idul Fitri, kami selalu membayangkan dan merasakan kehadiran ayah. Menyumbang tawa disetiap acara silaturahmi.

Kehidupan terasa seperti beban bagi kami. Akan tetapi, bagi ibu tidak. Ibu sudah punya kekasih baru. Setiap malam ibu berdoa, mengeluh, mengadu, memohon kepada kekasihnya. Ibu tak jarang membangunkan kami untuk Tahajud bersama, dan berdoa untuk kebahagiaan ayah. Semakin hari, saya mulai merasakan kehadiran kekasih baru ibu, membawa-Nya kedalam tidurku, memaksa-Nya mengabulkan doa-doaku. Ibu selalu bisa menuntunku menuju keikhlasan yang abadi dan permanen. Akhirnya, ibu memberi tahu kepada kami bahwa kekasih barunya adalah Tuhan. Ibu juga bilang bahwa cinta yang abadi hanya cinta kepada Tuhan, dan apapun yang kita minta asal kita menjadi anak yang sholeh, bagi Tuhan mudah sekali mengabulkan doa-doa. Jadi mulai saat ini, saya dan adik saya akan terus mencintai Tuhan.



Sekarang saya sudah SMA, dan saya mulai memahami betapa tajamnya kisah ini, dan percayalah bahwa seluruhnya telah berhasil dilalui oleh wanita terkuat dan berani. Ibu berhasil membuka pintu harapan dan cita-cita untuk hidup saya dan adik saya. Ibu selalu meyakinkan kami bahwa Tuhanlah segalanya. Ibu, yakinlah bahwa secara tidak langsung Tuhan telah memberikan tiket surga untuk ibu. Ibu selalu bisa memilih kekasih paling baik..



Ibu bukan sekedar manusia yang melahirkan kita, ibu bukan sekedar manusia kuat dan tangguh, itapi ibu lebih dari itu..Ibu itu adalah insan wanita pilihan Tuhan :)



Yogyakarta, 18 Desember 2011

No comments:

Post a Comment