Pages

Wednesday, April 3, 2013

Asuhan Keperawatan ISK


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Eliminasi merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feces (nondigestible waste) serta sampah metabolisme yang dibuang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain seperti urine, CO2, nitrogen, dan H2O.
( Judith Ann Kilpatrick, Fundamental of Nursing hal 1679 2001).

Ada beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola eliminasi manusia, diantaranya adalah infeksi saluran kemih.Infeksi saluran kemih terjadi karena  adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dewasa maupun pada usia lanjut. Akan tetapi, wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi kurang lebih 5-15%.Dibandingkan laki-laki, perempuan ternyata lebih rentan terkena penyakit ini.Pasalnya, penyebabnya adalah saluran uretra (saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek (sekitar 3-5 centi meter).Berbeda dengan uretra laki-laki yang panjang, sepanjang penisnya, sehingga kuman sulit masuk.
(Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3 Jakarta: FKUI)

           
B.     Tujuan Penulisan
1)      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami perancanaan asuhan keperawatan klien dengan penyakit infeksi saluran kemih.
2)      Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penyakit Infeksi Saluran Kemih.
2.      Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi penyakit Infeksi Saluran Kemih.
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi penyakit infeksi saluran kemih.
4.      Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang penyakit infeksi saluran kemih.
5.      Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada penyakit infeksi saluran kemih.
6.      Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi penyakit infeksi saluran kemih.
7.      Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan.



BAB II
TINJAUAN TEORI
A.          Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah  berkembang   biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
B.              Etiologi

1.      Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a.       Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated
b.      Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated
c.       Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
2.      Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a.       Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
b.      Mobilitas menurun
c.       Nutrisi yang kurang baik
d.      Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e.       Adanya hambatan pada aliran urin
f.       Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
C.          Patofisiologi
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen.
Ada dua jalur utama terjadi ISK yaitu :
1.      Secara asending :
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain : faktor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki- laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi,
kontaminasi fekal, Pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2.         Secara hematogen :
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara Hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan total urin yang yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi gunjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar keseluruh traktus urinarius. Selain itu beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebt sebagai hidronefroses.
Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1.         Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
2.         Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.
3.         Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal.
D.       Manifestasi Klinis
  1. Mukosa memerah dan oedema
  2. Terdapat cairan eksudat yang purulent
  3. Adanya rasa gatal yang menggelitik
  4. Adanya nanah awal miksi
  5. Nyeri pada saat miksi
  6. Kesulitan untuk memulai miksi
  7. Nyeri pada abdomen bagian bawah.
  8. Disuria (nyeri waktu berkemih)
  9. Peningkatan frekuensi berkemih
  10. Perasaan ingin berkemih
  11. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
  12. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
E.        Pemeriksaan Penunjang
1.   Urinalisis
a.   Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
b.  Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2.   Bakteriologi
a.    Mikroskopis
b.    Biakan bakteri
3.   Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4.  Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5.     Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b.  Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c.  Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
F.     Pengobatan
a.       Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
1.      Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis.
2.      Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis.
3.      Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin.
4.      Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap cotrimoxazole.
5.      Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak  yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
6.      Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
7.      Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces.
                   http://www.google.com/asuhan-keperawatan-ISK, 29 April 2012



G.    Pengkajian pada Pasien dengan Infeksi Saluran Kemih
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : pekerjaan mononton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas atau imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan kemerahan, pucat.
3. Eliminasi
Gejala: adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya(kalkulus). Penurunan keluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih, diare. Tanda: poliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
4. Makanan / Cairan
Gejala:mual dan muntah, nyeri tekan abdomen  diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan fosfat ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup. Tanda: distensi abdominal,penurunan/ tak adanya bising usus muntah.
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala: episode akut, nyeri akut, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di regio sudut kostavertebra, dapat menyebar ke punggung abdomen, (lipat paha atau genetelia) ngeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. nyeri dapat di gambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain. Tanda :  melindungi, perilaku distraksi nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala : penggunaan alkohol demam, menggigil.





H.    Diagnosa Keperawatan NANDA
1.   Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2.   Hipertermi berhubungan dengan  dehidrasi
3.   Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
4.   Resiko Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan.
5.   Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
I. Intervensi NIC NOC
1.      Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
Kriteria Hasil :
1.      Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih
2.       Kandung kemih tidak tegang
3.      Pasien nampak tenang
4.      Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1.      Kaji intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2.      Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat ditoleran.
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot
3.      Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih
4.      Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional : Analgetik memblok  lintasan nyeri
2.         Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Kriteria Hasil :
a.       Tanda vital dalam batas normal
b.      Klien menunjukan termoregulasi
c.       Klien tidak demam.
Intervensi :
1.      Observasi TTV
Rasional: mengetahui kaedaan umum klien
2.      Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38, C.
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
3.      Kaji keadekuatan hidrasi
Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
4.      Kompres air hangat.
Rasional : Untuk menurunkan suhu tubuh
5.      Kolaborasi pemberian antipiretik.
Rasional : Antipireti menurunkan suhu tubuh
3.      Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
Kriteria hasil :
a.       Klien mampu toileting secara mandiri
b.      Tidak ada infeksi saluran kemih
c.       Berkemih > 150 cc per hari
Intervensi :
1.      Kaji TTV
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum klien.
2.      Observasi karakteristik urin
Rasional : mengetahui tanda ketidaknormalan urin
3.      Anjurkan minum 2 liter per hari
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan menjaga hidrasi
4.      Bantu klien posisi nyaman BAK
Rasional: memudahkan proses bak
5.      Ajarkan perawatan perianal
Rasional : menjaga kebersihan dan mengurangi infeksi
4.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Kriteria hasil :
a.       Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
Intervensi :
1.      Berikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan, jadwal, dan kemungkinan efek samping.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan membuat pilihan berdasarkan informasi.
2.      Anjurkan melakukan  aktifitas biasanya secara bertahap sesuai toleransi, dan sediakan waktu untuk istrahat adekuat.
Rasional : menjaga kelemahan dan meningkatkan perasaan sehat.
Dochter, Joanne McCloskey, Phd dkk. 2004. Nursing Intevention Classification. Jakarta: Mosby. Elevier.
J.   Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
  1. Nyeri yang menetap atau bertambah
  2. Perubahan warna urine
  3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Bp. A seorang  perawat, datang ke UGD RS. Soeradji mengantar anak perempuannya yang masih berumur 5 th karena anaknya menangis terus-menerus sejak kemarin sore dikarenakan febris dan disuria.Bp.A juga mengatakan, An.K di rumah dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal higiennnya biasanya dibantu oleh pembantunya.
Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti di remas-remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK padahal buang air kecilnya lebih sering dari pada biasanya, oleh sebab itu An.K mengakatakan takut umtuk banyak minum. Bp.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Karena sakit pada bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV:
           RR        : 28x/menit
           S           : 400C
           N           : 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infuse RL, 20 tts/mnt dengan abocat ukuran 24 dan diberikan terapi obat:
           Ceftriaxone 2x500mg
           Ketorolak 2x 0,5mg/kg/BB



A.    Pengkajian
Nama Perawat                         : Ns. Aprilia Oktaviani
Tanggal Pengkajian                 : 4 Mei 2012
Jam Pengkajian                       : 09.00 WIB

1)      Biodata
Pasien
Nama                                       : An.K
Usia/jenis kelamin                   : 5 Tahun/perempuan
Agama                                     : Islam
Pendidikan                              : PAUD
Status Pernikahan                   : Belum Menikah
Alamat                                    : Jl. Solo 13 Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta       
Diagnosa Medis                      : Infeksi Saluran Kemih
Jam/Tanggal Masuk RS          : 09.00 / 4 Mei 2012
No. RM                                   : 081916

Penanggung Jawab
Nama                                       : Tn.A
Usia                                         : 35 Tahun
Agama                                     : Islam
Pendidikan                              : Sarjana
Pekerjaan                                 : Wirausaha
Status Pernikahan                   : Menikah
Alamat                                    : Jl. Solo 13 Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta       
Hubungan dengan Klien         : Ayah

2)      Riwayat Kesehatan

a.       Keluhan utama
An. K  mengeluh nyeri  pada perut bagian suprapubic.

b.      Riwayat penyakit sekarang
Tn.A mengatakan bahwa An.K sudah merasakan sakit bagian perut bawah sejak 3 hari yang lalu. An.K sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemasangan infus RL, 20 tts/menit dengan abocat ukuran 24 dan terapi obat:
Tindakan di UGD :
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB.
c.       Riwayat Penyakit Dahulu
Tn.A mengatakan bahwa An.K tidak mempunyai riwayat penyakit ataupun diopname di RS sebelumnya. An.K belum pernah mengalami kecelakaan ataupun dioperasi. Anak A tidak memiliki alergi.
d.      Riwayat Penyakit Keluarga
Tn. A mengatakan ibunya pernah mengalami ISK pada umur 10 tahun, riwayat penyakit kakek An K adalah hipertensi.
       

3)      Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien
a)      Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit klien sehari-hari melakukan aktivitas seperti biasa untuk bermain dengan teman.



b)      Tidur dan Istirahat
Klien tidur malam di mulai pukul 20.00, dan klien sering terbangun pada malam hari karena merasakan nyeridi bagian suprapubic, dan bangun pukul 05.00. pada siang hari klien tidak tidur siang.
c)      Kenyamanan dan Nyeri
P             : saat buang air kecil
Q            : nyeri hilang timbul
R             : perut bagian suprapubic
S             : 5
T             : 2 menit
d)      Nutrisi
Klien jarang untuk minum dan konsumsi minum kurang dari 3 gelas sehari. Klien makan 2 kali sehari pada waktu siang pukul 12.00 dan malam pukul 19.00
e)      Cairan, elektrolit dan asam basa
Dalam sehari klien hanya minum 2 gelas, 1 gelas = 200cc, intake, output, asam basa, BC +/-
f)       Oksigenasi
Tn.B mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit sesak nafas atau sejenisnya. An.A tidak batuk ataupun mengeluarkan sputum.
g)      Eliminasi fekal/bowel
Tn.B mengatakan bahwa An.A biasanya BAB sehari sekali yaitu pada pagi hari. Warna BAB An.A coklat kekuningan dan baunya khas. Kebutuhan pemenuhan eliminasi An.A dibantu oleh pembantunya. Setelah sakit bapak An.A mengatakan bahwa An.A jarang BAB, kadang-kadang hanya 2 hari sekali.
h)      Eliminasi urine
Tn.B mengatakan frekuensi berkemih An.K adalah 250 cc. Warna urine An.A keruh. Adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. An.K merasakan nyeri saat berkemih. Kebutuhan pemenuhan eliminasi urine An.K dibantu oleh keluarganya.
i)        Sensori, persepsi dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan pada sistem sensori, persepsi maupun kognitif.



4)      Pemeriksaan Fisik
a)      Keadaan Umum
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
      TD       : 80/45 mmHg
RR       : 28x/menit
      S          : 400 C
      N         : 108x/menit
b)      Kepala
Pada kepala berbentuk mesochepal ranbut klien tidak rontok, tidak ada lesi pada kulit kepala, tidak berketombe, dan tidak ada nyeri tekan pada kepala klien.
c)      Leher
Tidak ada pembesran tyroid, tidak ada kuku kuduk, reflex menelan baik.           
d)      Dada
1.   Paru
     bentuk dada simetris, tidak ada benjolan, paru sonor, tidak ada weezing.
2.   Jantung
    Suara jantung redup, S1, S2 tunggal, denyut jantung teratur.
e)      Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen kecoklatan lebih terang dari pada kulit lain.
Auskultrasi : peristaltic usus 15 kali per menit
Palpasi : saat di palpasi adanya nyeri tekan pada bagian suprapubic
Perkusi : terdengar timpani
f)       Genetalia
Keadaan genetalia tidak ada gangguan dan keluhan. Tidak terdapat hypospadia, epispadia, hernia, hydrocell dan tumor.
g)      Rektum
Keadaan rektum normal tidak ada hemoroid, prolaps maupun tumor.
h)      Ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah
Lengan kanan terpasang infus RL 20 tetes/menit.



5)      Psiko Sosio Budaya dan Spiritual
Psikologis :
klien belum mengerti tentang penyakitnya. An K sering menahan sakit pada perut. An.K mendapat dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya dari ibunya.
Sosial :
An.K sehari-harinya bermain dengan teman-temannya.kadang bermain dengan ayah waktu dirumah
Budaya :
Suku bangsa An.K adalah Jawa. Untuk berintaraksi dengan orang lain klien sering menggunakan bahasa Jawa. Dan tumbuh kembang klien orang tua masih menggunakan adat jawa.
Spiritual :
klien belum sepenuhnya mengerti tentang ibadah, tetapi dalam ibadah sehari-hari klien mengikuti ibadah rutin dengan orang tuanya.
6)      Terapi Medis
Saat di UGD An. A dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat ukuran 24  jam diberikan terapi obat:
            Ceftriaxone 2x500mg
            Ketorolak 2x 0,5 mg/kg/BB


7)       
B.     Analisa Data

Nama Klien      : An. K
Umur               : 5 tahun
Ruang Rawat   : Anggrek        
No. Register       : 081916
Diagnosa Medis : Infeksi Saluran kemih
Alamat               : Jl. Maguwoharjo 5, Sleman,Yogyakarta          
             
TGL/JAM
DATA FOKUS
ETIOLOGI
PROBLEM
4-4-12/
09.10
DS :
1.      An K mengeluh nyeri pada bagian suprapubic.
2.       An.K mengatakan bahwa nyeri seperti diremas remas pada bagian suprapubic.
3.      Skala nyeri 5
4.      DO :
1.       An. K Tampak menahan nyeri (meringis) dan terkadang menangis.
2.      S:400C
RR = 28x/mnt
N = 108x/mnt


Agen Cedera Biologis
Nyeri Akut

DS :
1.      Tn. A mengatakan badan anaknya panas.
2.      An. K mengatakan takut untuk banyak minum.
DO :
1.      TTV :
S = 400C
2.      An. K tampak pucat.
3.      Kulitnya teraba panas.
Dehidrasi
Hipertermia

DS :
1.      Tn K mengatakan anakanya susah makan dan makan hanya 1 kali sehari..
DO :
1.      An.K tampak pucat dan mukosa bibir kering.
2.      BB   : 12kg,TB   :90cm
Tidak nafsu makan
nutisi kurang dari kebutuhan tubuh

DS :
1.      Tn. K mengatakan anaknya sudah 5 hari merasakan sakit perut bagian suprapubic.
2.      An.K mengatakan nyeri seperti diremas-remas.
3.       An A mengatakan bila buang air kecil warna urinya keruh, dan ada darah.
4.      DO :
1.      An. K Tampak menahan nyeri dan terkadang menangis
2.      RR = 28x/mnt
N = 108x/mnt
S=400C
Infeksi Saluran Kemih
Perubahan pola eliminasi  Urinarius
    

C.     Prioritas Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri b.d Agen cedera biologis
2.      Hipertermia b.d Dehidrasi
3.      Perubahan Pola eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
4.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak nafsu makan

No comments:

Post a Comment